Dokter Anak
Hampir
tidak ada anak yang tidak mengenal tokoh Spongebob Squarepants, spons
laut jenaka dan setia kawan yang tinggal di dalam sebuah nanas di dasar
samudra Pasifik. Anak-anak dari usia balita hingga remaja selalu tertawa
saat menonton serial televisi Spongebob Squarepants, yang
menceritakan tentang kehidupan si spons laut (namun lebih menyerupai
spons dapur) bersama sahabat dan tetangganya di suatu kota bawah laut.
Karakter-karakter dalam acara ini merupakan makhluk-makhluk laut yang
beragam, mulai dari kepiting, bintang laut, gurita, ikan paus, hingga
plankton. Cerita di dalamnya memang dipenuhi dengan humor serta
kejadian-kejadian yang bisa membuat penonton terpingkal-pingkal, tidak
hanya bagi anak-anak kecil namun juga bagi remaja atau bahkan orang tua
yang menonton. Para kritikus menyebutkan bahwa cerita dan humor
dalamserial kartun ini dibuat secara cerdas karena dapat diterima oleh
penonton usia muda namun tidak membosankan bagi penonton yang lebih
dewasa. Hal ini lah yang membuat serial televisi ini memiliki rating yang sangat tinggi, tidak hanya di negara asalnya Amerika Serikat, namun juga menjadi salah satu kartun favorit di Indonesia.
Seperti kebanyakan kartun animasi, acara
ini memang lebih bertujuan untuk menghibur penonton. Nilai-nilai
edukatif kurang menonjol, walaupun memang bisa didapatkan secara
tersirat pesan-pesan mengenai kesetiakawanan, kepercayaan diri, serta
optimisme. Orangtua perlu mengetahui bahwa walau dalam konteks
humor,kartun ini menampilkan adegan kekerasan, perilaku yang buruk,
serta adegan yang menakutkan atau menjijikkan, seperti merokok, tokoh
yang jatuh dari tebing yang tinggi, tersetrum ubur-ubur, atau anggota
badan yang terlepas. Tidak jarang masalah antar-tokoh berakhir dengan
penyelesaian secara fisik, dan tidak terlihat adanya konsekuensi yang
timbul dari kejadian-kejadian yang di kehidupan nyata bisa berdampak
besar, seperti luka berat yang pulih dalam waktu singkat, tokoh yang
tidak menunjukkan perasaan sedih atau terluka akibat perkataan buruk
tokoh lain, atau gedung terbakar yang dalam sekejap kembali seperti
semula. Adegan-adegan seperti ini kurang sesuai ditonton oleh anak-anak,
terutama yang masih sangat muda yang belum bisa membedakan antara
fantasi dengan kenyataan.




Beberapa contoh adegan yang tidak baik untuk anak-anak.
Humor yang ditampilkan memang sangat
beragam dan segar, namun banyak yang bersifat mengejek atau menghina
penampilan serta kelemahan orang lain. Remaja atau orang dewasa mungkin
memang menganggap hal-hal seperti itu lucu dan terhibur, namun bagi anak
yang masih muda dapat memberikan contoh yang kurang baik dalam
berinteraksi dengan orang lain. Faktor-faktor tersebut akhirnya dapat
menyamarkan pesan moral positif yang ingin disampaikan oleh acara ini,
sehingga pendampingan orang tua sangat esensial saat anak menonton acara
ini untuk memberikan penjelasan mana hal yang baik dan mana hal buruk
yang tidak pantas ditiru.
Rating Kami
Nilai Edukatif |
+* |
Mudah Dimengerti |
+++ |
Muatan Kekerasan |
+++ |
Muatan Seks/Narkoba |
+ |
Bahasa Kasar |
++ |
Nilai Keseluruhan |
★ |
Usia |
8 tahun ke atas |
Perhatian:
Batasi waktu anak dalam menonton atau bermain game maksimal 1 sampai 2 jam sehari dengan tayangan atau game yang berkualitas.
Wewanti:
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) tidak memiliki kerja sama dalam bentuk apapun dengan pihak pengembang tayangan / game yang bersangkutan.
Images courtesy of:
- http://en.wikipedia.org
- http://tvtropes.org
- http://imgur.com
- http://www.youtube.com
- http://schvetbandits.com
Penulis: Fadhli Aulia Mughni
Editor: Amanda Soebadi
sumber:Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)
salam dr anak
0 comments:
Post a Comment